Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang bisa tumbuh dan terus berkembang dari waktu ke waktu.

Budi Suryanto

Jika bisnis yang kita jalankan saat ini masih sangat kecil, jangan khawatir, karena suatu saat akan menjadi besar asalkan terus tumbuh dan berkembang.
Misalnya, perusahaan Apple yang memproduksi berbagai perangkat seperti Macbook, iPhone, dan iPad. Pastinya Apple dulu tidak sebesar sekarang. Apple dimulai sebagai perusahaan yang sangat kecil. Bahkan Steve Jobs memulai Apple dari garasinya. Kerja kerasnya bersama tim akhirnya membuat Apple menjadi perusahaan besar tidak hanya di Amerika, tetapi juga di dunia.

Berikut adalah fase pertumbuhan untuk Anda dalam memulai bisnis. Ada tantangan di setiap fase pertumbuhan, dan ketika kita berhasil melalui tantangan ini, perusahaan kita akan naik ke kelas.

Silahkan dipelajari, kami harap Anda dapat memahami langkah-langkah yang diperlukan untuk melangkah dari satu fase ke fase berikutnya.

Fase 1: Solopreneur
Solopreneur adalah fase bisnis dimana semuanya dijalankan oleh satu orang. Memang tidak semua perusahaan memulai dari fase ini, namun setidaknya tidak sedikit perusahaan di Indonesia yang memulai dari fase solopreneur.

Sebuah perusahaan dalam tahap solopreneur biasanya merupakan pemilik sekaligus sebagai pekerja yang menjalankan operasional usaha tersebut sehari – hari. Dia mengurus semua hal teknis dan strategis. Layanan pelanggan, penjualan, pemasaran, akuntansi, media sosial, pertemuan pemangku kepentingan, pencarian calon pelanggan, dan banyak hal lainnya untuk membentuk bisnis yang sukses.

Para solopreneur ini bisa kita temukan di bisnis offline seperti bakso keliling, warung nasi goreng atau warteg, sate bulat, lilin dan lain sebagainya. Namun, kita juga bisa menemukan solopreneur dalam bisnis online. Reseller dan dropshipper pemula juga termasuk dalam tahap bisnis solopreneur.
Perusahaan dalam fase solopreneur ini yang menjadi penentunya adalah waktu. Kita semua memiliki waktu yang sama, 24 jam yang sama. Waktu ini bisa menjadi aset terbesar kita sekaligus kelemahan terbesar kita, tergantung bagaimana kita bisa mengelolanya.

Ada solopreneur yang merasa kekurangan waktu, tetapi ada juga solopreneur yang bisa mengatur waktunya sedemikian rupa sehingga tidak hanya mengurus bisnisnya, tetapi juga memikirkan keluarganya dan bagaimana bisnisnya bisa berkembang tanpa dirinya harus terlibat dalam semua urusan. Semuanya tentang manajemen waktu dan produktivitas.

Maka tidak heran jika kita sering bertemu dengan seorang solopreneur yang memutuskan untuk tetap berada di tahap ini selamanya, sementara yang lain pindah ke tahap selanjutnya yang akan kami sebutkan di bagian selanjutnya.

Fase 2: Partnership
Tahap kedua pertumbuhan bisnis setelah solopreneurs adalah Partnership atau bersinergi dengan orang lain. Perusahaan yang telah memasuki tahap partnership biasanya terdiri dari para solopreneur yang menyadari bahwa mereka tidak dapat menjalankan dan mengembangkan bisnisnya sendiri.
Maka pada tahap ini, seorang solopreneur akan mencari partner untuk menjalankan bisnisnya. Partner di sini bisa berarti sangat luas. Partner bisa berupa karyawan, atau bisa juga seorang co-founder bagi sebuah bisnis.

Dengan adanya partner dalam bisnis yang kita jalankan, kita dapat lebih mudah fokus pada hal-hal yang kita kuasai. Sementara itu, untuk hal-hal yang kita lemah atupun kurang menguasai dapat diambil alih oleh partner kita.

Misalnya, jika Anda menjadi seorang solopreneur, usaha Anda adalah Penjahit Seragam. Karena ingin mengupgrade kelas bisnis, akhirnya Anda memutuskan untuk mencari partner. Anda melakukan hal-hal yang berkaitan dengan produksi seperti mengubah bahan textile menjadi pakain atau seragam. Sedangkan partner Anda bertanggung jawab untuk Sales – Marketing dan managemen nya. Ini yang disebut sebagai fase sinergi untuk membuat perusahaan Konveksi atau Garment.

Pada tahap ini tantangannya adalah kepercayaan terhadap partner kita. Sehingga hal yang paling menentukan pada tahap ini adalah seberapa percaya dan seberapa baik kerjasama dengan partner kita. Kalau hubungan kita dengan partner baik dan kompak, maka akan dengan mudah kita mencari partner yang lain untuk mengembangkan bisnis.

Fase 3: Stabil
Setelah kita punya partner bisnis, hubungan dan kerjasamanya baik, seiring berjalannya waktu maka bisnis kecil yang kita jalankan akan masuk pada tahap yang ketiga, yaitu operasional bisnis yang stabil.
Kegiatan operasional umumnya sudah mulai terorganisir pada fase ini. Departemen produksi sudah mengaturnya, departemen layanan pelanggan telah melakukannya, departemen keuangan dan pemasaran juga telah menempatinya. Sehingga pada fase ini bisnis sudah mulai stabil.
Namun pada tahap ini, tantangan bagi perusahaan terletak pada pemasaran. Kita sebagai pengusaha berkewajiban untuk selalu menghasilkan omset. Karena jika penjualan lambat maka operasional bisnis juga akan terhambat.
Maka dari itu bisnis yang berada pada tahap ini perlu memikirkan cara supaya penjualan bisa tetap ada. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan, mulai dari melakukan cross selling atau up selling, menambah saluran pemasaran sampai pada menargetkan segmen pasar yang lebih luas lagi.

Fase 4: Lokal Market Leader
Pada fase ini, bisnis mulai berjalan lancar. Omset meningkat dan omset meningkat tajam. Dan pertumbuhan bisnis mulai terlihat.
Orang yang berada di suatu daerah sudah mengetahui brand bisnis yang kita jalankan.Biasanya perusahaan yang sudah memasuki fase ini adalah perusahaan yang menjadi market leader di daerah tertentu.
Bisnis yang berapa pada tahap ini biasanya tantangannya adalah pada pertumbuhannya. Orderan masih tetap mengalir deras, tetapi kapasitas produksi dan sumber daya manusianya tidak berbanding lurus dengan permintaan. Sehingga mau tidak mau pertumbuhan bisnisnya menjadi terhambat.

Fase 5: Terkendali
Setelah Anda menjadi Market Leader di daerah tertentu dan berhasil mengatasi hambatan pertumbuhan bisnis, bisnis Anda akan membesar.
Besar disini berarti besar dalam hal pendapatan, besar dalam hal cakupan market dan jumlah karyawan yang semakin banyak.
Dan tantangan perusahaan pada tahap ini adalah menjalankan perusahaan dengan orang yang tepat. Mengelola puluhan karyawan dengan mengelola ratusan atau ribuan karyawan adalah berbeda baik cara dan pendekatan. Maka kita perlu orang-orang yang mampu dan berpengalaman mengatur dan mengendalikan orang-orang dalam jumlah banyak.

Dan waktunya untuk kita bisa mencari beberapa manager untuk memimpin divisi-divisi yang ada di bisnis kita. Seperti manager marketing, manager produksi, manager keuangan dan manager personalia.

Fase 6: Mature Company ( Matang )
Setelah bisnis kita mencapai tahap bisnis terkendali, maka tidak serta merta bisnis kita berubah menjadi mature company atau bisnis yang matang. Setidaknya kita butuh waktu 5-10 tahun pertama untuk bisa menjadi mature company.
Pada tahap ini, tantangannya bukan lagi pertumbuhan bisnis. Tetapi dalam perencanaan strategis yang tujuannya adalah agar bisnis kita bisa bertahan dan tetap eksis sampai lintas generasi.

Fase 7: Perusahaan Korporat
Setelah bisnis Anda mencapai tahap mature company, tahap selanjutnya adalah menjadi perusahaan korporat. Ini adalah tahap tertinggi dan yang paling sulit dicapai untuk sebuah usaha / UKM. Namun begitu bukan tidak mungkin, karena ada cukup banyak orang-orang yang sudah membuktikannya.
Mereka mulai bisnis dari seorang solopreneur dan saat ini bisnisnya sudah mencapai tahap korporat. Sebut saja Chairul Tanjung, Dahlan Iskan, Almarhum Bob Sadino, Susi Pudjiastuti, dan lain sebagainya.

Pada tahap bisnis ini, Anda perlu mengembangkan karyawan berkinerja tinggi, sehingga Anda dapat fokus pada area lain dari bisnis Anda. Sedangkan tim pimpinan mengelola dan membimbing anggota timnya masing-masing. Pada fase ini, para top management yang menjadi satu-satunya orang yang melapor langsung kepada Anda.

Itulah 7 fase pertumbuhan perusahaan. Semoga bermanfaat dan saya berharap bisnis Anda bisa segera naik kelas.